PMZ; Zaman Pra Sejarah
This is the free photo or picture example named PMZ; Zaman Pra Sejarah for OffiDocs app Gimp, which can be considered as an online image editor or an online photo studio.
TAGS:
Download or edit the free picture PMZ; Zaman Pra Sejarah for GIMP online editor. It is an image that is valid for other graphic or photo editors in OffiDocs such as Inkscape online and OpenOffice Draw online or LibreOffice online by OffiDocs.
\t
\t
3.\tBentuk patung-patung tersebut hampir sama, mulai yang paling besar sampai yang sekecil-kecilnya yaitu mempunyai kepala yang bertelinga, mata, hidung. Mempunyai badan dan tangan, tetapi tidak berkaki (patung menhir) tertanam tak berbentuk yang terbatas di atas tanah dengan tanda lelaki atau perempuan. Patung tersebut kami perkirakan untuk melambangkan Tadulako atau tukang sihir (pawang) para ahli upacara atau pemujaan nenek moyang yang telah meninggal atau kepala-kepala suku yang berjasa sebagai dasar perkembangan pertama kepercayaan.
Ini terbukti sampai saat sekarang yang masih tetap mempunyai adat istiadat lama, bentuk bangunan rumah, kantor-kantor pemerintahan yang mengingatkan pada keunikan zaman sebelum masa klasik, dan kini mulai tumbuh spesialisasi kerja dengan meninggalkan zaman nomaden, mempunyai ketua suku atau adat yang berpengaruh, kemudian dibuatkan patung pada zamannya.
4.\tHal ini dikemukakan karena ada pendapat mengenai patung-patung tersebut adalah peninggalan Hindu.
5.\tBerdasar hal tersebut di atas, maka kami berpendapat bahwa patung-patung itu sudah ada sebelum Hindu atau pengaruh Hindu di Indonesia, yaitu dari 500 tahun SM sampai 1864 tahun lalu.
Patokan ini diambil sesuai dengan perhitungan glotte chromologi yaitu terpisahnya Bahasa Bada dari Bahasa induknya (500 tahun SM - 1864). Diperkirakan sejak mereka masih berBahasa induk dan pada saat itu menurut sejarah, bangsa dan pengaruh Hindu belum sampai ke Indonesia. Dengan demikian, besar kemungkinan bahwa patung-patung, lumpung batu dan kalamba yang ada di Lore, dataran tinggi Palu dan Kulavi itu, adalah hasil seni di zaman sebelum Hindu dengan kata lain karya nenek moyang kita sendiri sejak dari zaman dahulu, berdasar kebudayaan neolithicum. Pendukungnya ialah bangsa Austronesia (nenek moyang bangsa Indonesia) yang menyebar ke Indonesia \uf0b1 2.000 tahun SM dari Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Pada saat inilah mulai tampak unsur kekuasaan dari seseorang penguasa yang bersifat diktator, dimana segala sesuatunya dapat dilakukan sesuka hatinya, apakah bersikap arif atau bijak. Hukum adat yang menjadi benteng kekuatan sama sekali belum terlihat. Sedang hukum alam tetap merubah keadaan yang berlaku, maka disuatu saat penguasa-penguasa yang lain, mau tak mau harus mengalami masa suramnya menurut kodrat Tuhan Yang Maha Esa, menentukan segala sesuatu menurut kehendak-Nya.
\t
\t
\t
\t
\t
Dengan demikian, besar sekali kemungkinannya bahwa patung-patung yang ada di Lore itu adalah hasil seni (buatan manusia) di zaman sebelum Hindu dengan kata lain karya nenek moyang kita sendiri sejak dari zaman dahulu berdasarkan kebudayaan neolithicum dan tradisi megalit. Masyarakat pendukung baru itu membawa anasir kebudayaan baru ke dalam kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan religi yang diuraikan sebagai berikut :
1.\tDalam bidang ekonomi diperkenalkan teknik pertanian berpengairan.
2.\tDalam lapangan religi disumbangkan sistem yang mengenal struktur dewa-dewa yang bertingkat-tingkat. Di samping itu juga diperkenalkan upacara-upacara keagamaan yang rumit.
3.\tDalam lapangan kehidupan sosial diperkenalkan sejumlah peraturan baru, termasuk inovasi dari suatu lapisan sosial baru, yakni lapisan bangsawan, yang berada di atas lapisan sosial yang telah ada lebih dahulu berlaku, dalam masyarakat, yaitu lapisan budak dan merdeka.
Melalui kebudayaan Dongson, tradisi megalitik menembus ke zaman Hindu dan masa Pra-Islam. Sebab, kebudayaan Dongson ini memang merupakan akar seluruh budaya di Indonesia.
Zaman To Manuru
Memasuki abad III sampai abad V, keadaan mengalami perubahan besar, setelah manusia pada waktu itu mulai menganut kepercayaan adanya satu kekuasaan yang lebih tinggi (di luar batas kekuasaan manusia biasa).
Hal ini terjadi pada zaman dahulu, ketika Toma Langgai dan pasukannya masuk hutan untuk berburu rusa. Di tengah hutan, mereka melihat serumpun bambu kuning kemasan yang dalam Bahasa Kaili disebut Bolovatu Mbulava yang artinya Bambu Kuning Keemasan.
Bambu semacam itu baru pertama kali terlihat oleh Toma Langgai, sehingga sangat menarik perhatiannya untuk mengarahkan perjalanan mereka menuju bambu itu. Ketika melihat bambu, Toma Langgai sangat tertarik hendak mengambilnya untuk dijadikan tempat menyimpan air (simbua nu uve), dan untuk pengangkat air dari kali ke rumah (kaita). Toma Langgai memerintahkan pasukannya agar segera menebang bambu tersebut.
Free picture PMZ; Zaman Pra Sejarah integrated with the OffiDocs web apps